Kamis, 17 September 2009

Bu Noer dan Inovasi Keripik Tempe

"Awalnya saya hanya menjual beberapa bungkus tempe"
Penampilannya sederhana dan tidak menunjukkan pengusaha yang sukses. Ditemui, rabu (3/9), saat sedang meracik bumbu tempe yang akan digoreng. Siti Juariah (46),pemilik toko Keripik Tempe Bu Noer, menyambut Kompas dengan ramah di rumah sekaligus tokonya yang terletak di jalan Ciliwung II nomor 2, kota Malang.
Hanya dengan bermodalkan uang Rp. 5.000, Bu Noer, panggilan akrab Siti, mulai merintis usahanya 10 tahun yang lalu. "Awalnya saya hanya menjual beberapa bungkus tempe. Lalu saya titipkan ke saudara-saudara saya yang punya toko. Tidak disangka ternyata banyak orang yang senang dengan keripik tempe saya," kata ibu dari tiga orang anak itu.
Dengan semakin banyaknya pesanan, usaha Bu Noer otomatis semakin berkembang. Semakin lama tidak hanya beberapa bungkus tempe yang dijualnya, tapi sampai 300 pak per hari (satu pak sama dengan 200 gram). Toko yang tadinya hanya memiliki sebuah etalase kaca yang diletakkan di depan rumah, sekarang sudah bertambah menjadi beberapa etalase dengan tempat untuk menaruh barang jualan yang lebih luas.
Persaingan yang semakin ketat dengan pedagang tempe lainnya di Malang, membuat anak sulung Bu Noer yang kuliah di Jurusan Hukum menantang Bu Noer untuk membuat tempe tidak hanya dengan resep tradisional.
"Saya benar-benar tertantang dengan ucapan anak saya itu. Mulailah saya mencoba berbagai resep untuk tempe saya. Setelah mencoba rasa dan ketahanannya untuk disimpan, akhirnya saya berhasil membuat tempe dengan lima jenis rasa baru, yaitu rasa keju, rasa barbeque, rasa udang, rasa bawang dan rasa pedas. Semuanya tanpa pengawet dan tahan disimpan selama tiga bulan," katanya.
Berkali-kali Bu Noer menjelaskan betapa dia selalu menjaga kualitas dari tempe buatannya tersebut. Bahan dasar tempe harus dari kedelai murni dan tanpa pengawet, meskipun akhirnya dia harus menjual keripik tempe tersebut dengan harga yang lebih mahal.
"Kalau dibanding tempe dengan resep tradisional, tempe dengan rasa tersebut memang lebih mahal. Per 200 gram keripik tempe rasa keju harganya Rp. 5.700, rasa barbeque juga Rp. 5.700, rasa udang Rp. 5.500, rasa ayam bawang Rp. 5.200, dan rasa pedas Rp. 4.200. Sementara itu, kalau keripik tempe tradisional hanya Rp. 3.800," tambahnya.
Menurut Bu Noer, kemajuan usahanya sampai saat ini juga ditunjang oleh kemandiriannya. Dari mulai menyablon kardus untuk pengepakan, mencetak merk diplastik, membuat spanduk sampai plang iklan, semuanya dikerjakan sendiri oleh anak-anak Bu Noer. "Kalau pesan, biayanya dua kali lipat, Mbak. Dengan membuat sendiri biaya lebih irit," ujarnya. (TAV)
(KOMPAS, Kamis, 4 September 2003)